BLOG OSCAS - Penyakit Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang menjadi perbincangan masyarakat di usia dewasa. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan mekanisme pengaturan gula normal. Peningkatan kadar gula darah tersebut, akan memicu produksi hormon insulin oleh kelenjar pankreas. Penyakit ini akan menyebabkan terjadinya penyakit lain atau sering disebut komplikasi apabila kadar gula darah akan menaik terus-menerus yang akan merusak pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya.
Bagaimana Perkembangan penyakit Diabetes mellitus di Indonesia?.
Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2021 mencatat bahwa sekitar 537 juta orang dewasa yang berusia (20-79) tahun atau 1/10 orang hidup mempunyai penyakit diabetes yang dapat menyebabkan sekitar 6,7 juta kematian. Di Indonesia sendiri, tercatat bahwa Indonesia menduduki posisi kelima dengan jumlah pengidap penyakit Diabetes mellitus sebanyak 19,47 juta dengan prevalensi sebesar 10,6% dari jumlah penduduk di Indonesia.
Kenapa penyakit ini membuat khawatir banyak masyarakat terutama orang dewasa?.
Alasan penyakit ini membuat khawatir banyak orang karena penyakit ini mampu menyebabkan penyakit komplikasi. Apabila penyakit komplikasi pada tubuh kita terjadi, maka akan sulit bagi tubuh untuk bertahan melawan segala penyakit yang ada. Banyak penderita diabetes sering mengalami drop dan bahkan meninggal, akibat kurang kesadaran dalam mengontrol kadar gula darah, yang membuat si penderita akan mengalami penyakit komplikasi. Selain penyakit komplikasi yang ditimbulkan, penyakit Diabetes mellitus juga akan mengeluarkan biaya yang besar, untuk memenuhi kebutuhan misalnya obat-obatan dalam penanganan agar gula darah seseorang tidak akan meningkat sewaktu-waktu. Karena banyaknya biaya yang akan dikeluarkan untuk membeli obat-obatan, dan jenis obat yang beraneka ragam yang bisa saja memberikan efek samping yang berbahaya bagi penderita. Karena setiap penderita pasti memiliki kondisi tubuh yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dilakukan pengujian pemanfaatan air rebusan daun kersen sebagai penurun kadar gula darah secara alami. Bagi anak-anak pohon kersen tidak dikenal, tetapi apabila ditunjukkan secara langsung, mereka akan lebih mengenal dengan sebutan pohon seri ataupun pohon ceri.
Mengapa daun kersen yang dimanfaatkan untuk menurunkan kadar gula darah?
Pemanfaatan daun kersen dilakukan karena pohon kersen mudah diperoleh dan dibudidayakan, selain itu pohon kersen memiliki buah yang dapat dikonsumsi begitu saja oleh anak-anak karena rasa manis yang dimiliki oleh buah kersen. Buah kersen dapat dimanfaatkan sebagai obat penyakit asam urat karena kandungan zat-zat aktif pada buahnya. Selain buahnya yang memiliki manfaat, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar gula darah. Daun kersen kerap dibuang begitu saja karena sebagian masyarakat belum mengetahui manfaat daunnya. Nyatanya bahwa daun kersen sebenarnya mengandung saponin dan flavonid yang dapat menghambat penyerapan gula darah dari usus, sehingga karbohidrat tidak banyak diserap oleh usus.
Gambar 1 Pohon Kersen atau Pohon seri
Bagaimana memanfaatkan daun kersen sebagai obat alternatif alami menurunkan kadar gula darah?
Pemanfaatan daun kersen dilakukan dengan membuat air seduhan. Daun kersen yang baik untuk diseduh dan memberikan keefektifan dalam menurunkan kadar gula darah dengan memanfaatkan 7 lembar daun kersen segar yang berwarna hijau, kemudian direbus dalam 3 gelas air hingga air rebusan tersisa 1 gelas saja. Air rebusan kemudian
diminum setiap hari sebanyak 1 gelas pada pagi dan malam hari menjelang tidur. Selama 14 hari pengkonsumsian air rebusan daun kersen, sebaiknya silakan melakukan pemeriksaan kadar gula untuk melihat perubahan yang terjadi.
Selain dengan mengkonsumsi air rebusan daun kersen, biasanya pendreita diabetes dianjurkan untuk selalu menjaga pola makan dan pola hidup yang sehat dengan cara berolahraga.
Ingatlah bahwa Sehat Itu Mahal, untuk itu tetap jaga pola makan dan pola hidup yang sehat
Artikel ini di susun oleh :
Risda Apriani Siagian, Program Studi Teknik Bioproses
Institut Teknologi Del
Pewarta | : Prana Hikmat |
Editor | : Ali JIhad |